Jumat, 10 Desember 2010

Perjalanan ke Holy Land bersama anak

Pada awal Oktober 2010 lalu kami berkesempatan mengunjungi tanah terjanjiNya di Israel.

Berikut kami akan berbagi cerita pengalaman mengajak anak kami, Fidel saat umurnya 4 tahun mengunjungi Tanah Suci Yerusalem.

Perjalanan dari Jakarta-Dubai

Pesawat berangkat dari Jakarta dinihari pukul 01.00 WIB, perjalanan menuju Dubai makan waktu kira-kira delapan jam. Cukup melelahkan untuk anak umur 4 tahun, tetapi puji Tuhan ternyata diberi jalan, Fidel tidak rewel.

Emirates Airlines, Jakarta-Dubai





Fidel menikmati nonton film-film Disney sebelum akhirnya tertidur. Kami dapat row urutan ke empatpuluhsekian dibagian belakang, cukup dekat kalau-kalau perlu ke toilet.

Sampai Dubai international airport pagi hari, jam 5.30 WIB atau jam 8.30 waktu setempat. Tour leader memberitahu gate keberangkatan kami berikutnya yang menuju Amman, Yordania, dan kami punya waktu kira-kira 30 menit untuk berkeliling.  Jeda waktu kami gunakan untuk ke toilet. Setelah itu kami memutuskan untuk check-in dan duduk menunggu. Dubai Airport terdiri dari ratusan gate, dan berhubung perjalanan masih panjang kami belum mau eksplorasi, jadi kami cukup duduk-duduk menunggu

@Dubai International Airport



 Fidel terkagum-kagum dengan megahnya bandara ini.

Catatan untuk orangtua yang membawa anak khususnya balita:

Siapkan beberapa kotak susu cair di dalam tas dan dibawa masuk cabin untuk diminum di pesawat, karena rasa makanan dan minuman yang disediakan cabin crew kemungkinan tidak cocok dengan lidah anak kita. Pengalaman kami dalam beberapa perjalanan, susu cair yang sealed didalam kotak diperbolehkan masuk cabin.

Selalu bawa plastik-plastik bening untuk membungkus atau menampung sesuatu, dan simpanlah ditempat yang gampang diambil. Pengalaman kami, plastik tersebut menampung banyak macam benda. Mulai dari kue, muntahan bahkan air (maaf) pipis. Dalam perjalanan pulang dari Amman ke Dubai, saat pesawat sudah mendarat, Fidel ingin pipis. Tentu saja tidak diperbolehkan lagi untuk ke toilet, maka jalan satu-satunya menampung cairan tersebut dalam kantong plastik.

Apabila memungkinkan, bawalah stroller model lipat sederhana yang ringan, dan mintalah pada cabin crew agar bisa disimpan di cabin. Pengalaman kami, membawa stroller dengan berat 3kg, boleh ditaruh di cabin, dan langsung bisa dipakai saat keluar dari pesawat. Tidak semua airport menyediakan stroller langsung didekat pintu keluar pesawat, atau kadang juga kehabisan. Sementara, apabila selesai menempuh perjalanan jauh, saat keluar dari pesawat dan anak harus digendong karena capek atau tertidur, stroller will save our back-pain.


(to be continued..)









Selasa, 07 Desember 2010

Beli Komputer Baru

Demi mendukung proses homeschool Fidel, kami mengusahakan membeli satu komputer lagi. Kali ini notebook tidak kami pilih. Yang kami cari PC berlayar besar yang hemat energi. Pilihan jatuh pada brand hp yang user-friendly, monitor lcd yang sudah built-in. Sayangnya bukan touch-screen, dan vga card nya masih shared sehingga tidak compatibel untuk aplikasi second-life (kalau beli yg high-end harganya lipat duanya). Plusnya adalah masih dapat aplikasi windows starter untuk word dan excel 2010 dan antivirus.




































Rabu, 24 November 2010

Tentang Mencari Komunitas Homeschooling di daerah sendiri

Bagaimana mencari komunitas homeschooling di daerah sendiri? Pada awalnya, pertanyaan tersebut kadang membuat saya gentar untuk memilih mendidik Fidel dari rumah. Karena, saat itu, saya merasa belum bisa mendapatkan jawaban yang memuaskan.

Saat ini saya merasa punya komunitas pendukung, punya sahabat sesama orang tua yang peduli tentang tumbuh kembang anak sebagai seseorang, sebagai subyek, bukan semata ebagai obyek sekolah yang harus pintar bangun pagi, pintar mengerjakan PR, pintar bersosialisasi. Semua pertanyaan yang pernah muncul pelan-pelan terjawab, herannya tidak oleh siapapun, melainkan oleh diri sendiri. Inilah sebabnya, mengapa pada awalnya ide homeschool untuk Fidel amat sangat asing. Ternyata, saya lebih banyak menggantungkan harapan pada lembaga pendidikan yaitu institusi sekolah. Terbukti, saya lebih banyak bertanya satu dari beberapa pertanyaan berikut ini:

1. Belajar apa tadi disekolah?
2. Dapet PR apa dari sekolah?
3. Kok kamu bisa ini atau itu? Siapa yang ajarin?
4. dan lain-lain

Semakin mendalami homeschool, ternyata saya sadari bahwa proses belajar adalah suatu siklus seumur hidup, yang hanya berhenti apabila seseorang tidak memiliki kemauan lagi untuk berkembang secara mandiri. Dan, bonding time dengan orang yang kita sayangi mampu meningkatkan kapasitas serap pengetahuan seseorang, termasuk anak kita. Mana mungkin kita mampu menyenangi suatu subyek pelajaran sekolah kalau gurunya tidak kita senangi?

Well, berikut dibawah saya kutip dari link Bapak Sumardiono, yang amat menginspirasi saya.



-----Original Message-----
From: Sumardiono <aar@rumahinspirasi.com>
Sender: sekolahrumah@yahoogroups.com
Date: Wed, 03 Nov 2010 09:00:44
To: sekolahrumah<sekolahrumah@yahoogroups.com>
Reply-To: sekolahrumah@yahoogroups.com
Subject: [sekolahrumah] Komunitas Homeschooling di daerah saya

Di manakah komunitas homeschooling yang ada di kota/daerah saya?
Pertanyaan ini termasuk yang cukup sering ditanyakan melalui milis
Sekolahrumah.

Sebagian ada yang dijawab, sebagian lagi tidak. Mengapa tidak ada
jawaban atas pertanyaan ini?

Banyak hal yang mungkin terjadi.

*Pertama*, komunitas online semacam milis sekolahrumah ini sangat
menggantungkan pada inisiatif/kontribusi dari para anggotanya. Semakin
aktif para anggota, semakin besar manfaat yang diperoleh para anggota
milis. Semakin pasif anggota, semakin minimal manfaat bagi para anggota.
Jadi, ketiadaan jawaban bisa terjadi karena para anggota sedang memiliki
kesibukan lain atau para anggota tidak memiliki informasi tentang hal
yang ditanyakan.

*Kedua*, informasi mengenai komunitas HS di sebuah daerah tidak ada
kemungkinan karena memang belum ada Komunitas HS di daerah tersebut.
Homeschooling memang masih minoritas dan rintisan di negeri ini. Jadi,
ketiadaan sistem pendukung (seperti halnya komunitas) adalah bagian dari
resiko yang perlu Anda masukkan dalam pertimbangan saat memilih
homeschooling.

Bagaimana jika tidak ada jawaban dari para anggota milis ttg Komunitas
HS di sebuah daerah tertentu?

Untuk memastikan, Anda dapat melakukan googling sendiri dengan kata
kunci "homeschooling xyz", ganti xyz dengan nama daerah Anda. Jika
memang tidak ada, kemungkinan memang belum ada komunitas di daerah
tersebut atau keberadaan komunitas HS di daerah tersebut belum ada yg
menuliskannya di Internet.

Jika memang tidak ada, lalu bagaimana?

Ada beberapa pilihan yang dapat Anda buat, tergantung fungsi dari
komunitas yang Anda harapkan.

*1. Fungsi informasi
*Jika Anda membutuhkan komunitas untuk keperluan mencari informasi, maka
sebenarnya kebutuhan itu bisa digantikan/substitusi dengan keberadaan
Internet dan komunitas online. Selain mencari referensi dari buku-buku
homeschooling yang sudah mulai banyak diterbitkan, Anda dapat mencari
informasi di Internet yang secara teknis jumlahnya tak terbatas.
Kuncinya adalah melakukan pilihan keyword yang tepat saat melakukan
googling.

*2. Fungsi legalitas & dukungan belajar
*Jika Anda membutuhkan komunitas untuk memberikan legalitas, Anda dapat
mendaftar pada komunitas HS yg tak harus ada di daerah Anda. Yang
penting terdaftar, legal dan bisa mengikuti ujian ketika dibutuhkan.
Demikian pun, banyak komunitas yang menyediakan layanan belajar jarak
jauh dengan proses belajar mandiri, tanpa harus ada kehadiran fisik di
komunitas.

*3. Fungsi sosialisasi
*Untuk sosialisasi, Anda tidak harus tergantung pada komunitas. Anda
dapat menggunakan sarana apapun yg ada di sekitar Anda. Kelompok
pengajian, sekolah minggu, kelompok meditasi, karangtaruna, kelompok
les, dan sebagainya.

*4. Kenyamanan psikologis
*Jika Anda membutuhkan komunitas untuk berbagi, membangun kebersamaan
dan kenyamanan, ini memang yg agak sulit tergantikan. Jika memang di
daerah/kota Anda tak ada, Anda dapat sesekali bermain dan bertemu dengan
teman2 yang ada di kota yang berdekatan dengan Anda.


Dan karena homeschooling itu adalah rintisan, sesungguhnya kita tak bisa
menggantungkan diri kepada pihak lain. Jika kita memang suka dengan
gagasan homeschooling, kita harus mencari solusi untuk mengantisipasi
masalah-masalah yang mungkin muncul di lapangan. Yang ideal adalah Anda
mulai berinteraksi dengan teman2 Anda, membuat rintisan2 komunitas,
diawali dari yang bersifat informal. Diawali dari satu langkah yang
diayunkan, bisa jadi kemudian bentangan jalan ribuan kilometerd dapat
dijalani. Tetapi, satu meter langkah tak pernah dapat dilalui kalau
langkah pertama tak pernah dipijakkan.

Untuk rintisan ini, kita bisa belajar dari teman2 di Salatiga dan
Semarang yang saat ini sedang merintis komunitas homeschooling.

Mudah-mudahan posting ini bermanfaat.


Salam,
Aar
Source: http://rumahinspirasi.com/homeschooling/komunitas-homeschooling

Kamis, 14 Oktober 2010

Menabung

Setiap keluarga punya cara masing-masing memperkenalkan anak pada kegunaan dari menabung.

Aktivitas paling sederhana rata-rata adalah memberi anak sebuah celengan untuk diisi uang logam. Selanjutnya, seorang anak akan diberitahu bahwa celengan tersebut harus diisi uang. Kalau ditanya, supaya apa? Supaya penuh. Lalu si anak akan bertanya lagi, memang kenapa kalau sudah penuh? Jawabnya: bervariasi.

Akan tetapi, ternyata varian dari jawaban versi standarnya sering sekali suatu hal yang kurang menstimulasi anak untuk giat menabung, atau paling tidak, pemahaman anak hanya akan mentok pada pemikiran kira-kira seperti begini: "Kalau menabung maka akan dapat banyak duit" Duitnya buat apa? Buat ditabung, atau buat sekolah, atau buat beli buku.

Intinya, seringkali, tujuan dari aktivitas menabung dikaitkan dengan kebutuhan pendidikan anak-anak, atau untuk tujuan jangka panjang.

Buat kami, hal tersebut, bukannya salah. Hanya saja, pemikiran anak masih sangat sederhana. Sehingga, jawaban dan stimulasi yang diberikan harus mempertimbangkan logika anak kita.

Kegiatan menabung terkait erat dengan pengendalian diri. Hanya pengendalian diri yang bisa membuat orang dengan sadar menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk hal-hal dimasa mendatang.

Sehingga, menabung yang dilakukan anak terkait erat dengan suatu proses, dan bukan pada tujuan akhir.

Yang kami lakukan pada Fidel sedikit berbeda.

Mulai dari usianya kira-kira 3 tahun, kami memberinya celengan dan uang logam setiap saat untuk dia tabung di celengan nya (celengan itu adalah bekas botol frapuccino dari starbucks) Di usia tersebut, aktivitas yang dia pahami adalah memasukan uang koin ke dalam botol. Sehingga, celengan tersebut terisi penuh kira-kira dalam waktu 6 bulan. Setelah celengan tersebut penuh, kami buka dan hitung bersama-sama. (Fidel membantu saya menghitung dengan susah payah, tapi semangat).

Saya ajukan pertanyaan padanya, "Fidel ini uangnya ada cukup banyak, kamu mau beli apa?" Jawabannya mudah ditebak, "mainan".

Oke, saat pergi ke supermarket, saya belikan mainan. Pulang dari sana, dia senang sekali dengan mainannya. Berulang kali, saya tekankan, bahwa itu mainan dibeli dari uang Fidel. Dia terkesima sekali dgn perkataan saya, rasanya seperti suatu ide baru, mungkin. Selama ini yang dia tahu adalah mainan dibelikan oleh ayah dan bunda. Setelah itu saya bilang, "oke, kalau mau mainan baru lagi, kita mulai lagi nabung". Kali ini, dia mengangguk semangat.

Celengan yang kedua, dari botol starbucks yang sama. Fidel pelan-pelan mulai memahami artinya uang sebagai nilai tukar dari suatu kesenangannya, yaitu mainan. Kami, orangtuanya, mulai menepi, sementara dia mulai aktif gerilya meminta uang koin dari eyangnya, dari opa omanya, dari omnya, dari pakde dan budenya. Kali ini, dalam 3 bulan celengan terisi penuh, dan dia menagih kami untuk beli mainan lagi. Kali ini, yang kami lakukan adalah memperketat batasan. Kami ajak Fidel ke toko mainan, akan tetapi, dia hanya bisa memilih mainan yang benar-benar mendekati nilai dari total jumlah uang tabungannya. Sewaktu dia minta mobil-mobilan besar yang bisa jalan dengan aki, saya bilang, "kalau mau yang itu, celengannya harus sebesar ember cucian" Maka, kami pulang dengan mainan hanya seharga 50 ribu, tapi dengan sesuatu yang lebih berharga, yaitu pemahaman Fidel bahwa uang adalah suatu alat tukar, dan menabung merupakan cara untuk mendapatkan kesenangannya, yaitu mainan.

Sesudah proses kedua, pelan-pelan kami mulai memperkenalkan Fidel pada konsep "mencari uang". Fidel saat ini, mulai jeli melihat uang koin tergeletak. Bahkan tidak segan bertanya pada anggota keluarganya lainnya apakah punya uang logam untuk dia tabung. Uang koin di dompet, mobil, dan berbagai tempat di rumah tidak luput dari perhatiannya. Maka, saya mulai berkata padanya, bahwa uang-uang tersebut tidak bisa diambil tanpa ijin pemiliknya. Fidel protes dengan mengatakan bahwa dia butuh uang untuk ditabung. Maka, saya mencoba memberi ide, bahwa, mungkin saja kalau bisa saja dia membantu memijit anggota keluarga yang baru pulang dari luar rumah maka dia bisa mendapat uang logam dari mereka sebagai ganti ongkos memijit. Hal ini, cukup rumit dipahami anak usia 3,5 tahun, tetapi bukannya tidak mungkin. Yang jelas, dia sekarang bertanya terlebih dahulu sebelum mengambil uang yang tergeletak dimanapun di sekitar rumah. Dan, lebih dari sekali, saat pakdenya ada dirumah, dia datang sambil membawa celengan, menawarkan pakdenya untuk dipijit, lalu meminta pakdenya mengisi celengannya dengan uang logam.

Pada intinya, kami mencoba memperkenalkan Fidel pada sesuatu yang ada di dalam diri tiap-tiap manusia, yaitu hawa nafsu keinginan. Suatu hal yang bisa memotivasi manusia. Sekali dia mengenali dan kemudian menyadari adanya potensi hawa nafsu, semoga pelan-pelan dia bisa belajar mengatasinya dan mengubahnya menjadi sesuatu yang bisa dia kendalikan, seperti menabung.

Semoga Fidel bisa memakai aktivitas menabung sebagai salah satu objectives untuk mencapai tujuan-tujuan hidupnya kelak.

Minggu, 05 September 2010

Kapur

Bermain dengan kapur, buat kami juga bukan hal terlarang. Kekurangannya adalah kotor. Kelebihannya: kapur adalah sesuatu yang nyata, terasa 3 dimensi. Warna yang dihasilkan tidak sebagus tuxpaint, tapi Fidel menikmatinya.


Sejarah

Belakangan ini, ada satu cerita yang selalu Fidel minta bundanya untuk cerita berulang-ulang. Yaitu cerita berikut:

Bunda: del, dulu ya..bunda paling sayang sama Ayah.
Fidel: (mata melebar tertarik)
Bunda: tapi, semenjak Fidel lahir, bunda paling sayang sama kamu.. (sambil mencubit hidungnya)
Fidel: (tersenyum lebar, menyerap suatu informasi baru yang berharga buatnya) oo, jadi bunda paling saya sama Fidel, kalo ayah?
Bunda: ayah juga sama, paling sayang sama Fidel setelah Fidel lahir
Fidel: (sambil memelukku) Fidel juga paling sayang sama ayah bunda

Pembicaraan tersebut hanya suatu selingan buatku, dan salah satu cara mengungkapkan rasa sayangku pada Fidel, tanpa pernah kusangka, ternyata hal tersebut berarti sekali untuk Fidel, karena sering sekali dia minat diulang dan diulang lagi, hanya untuk mendengarnya.

Sesuatu yang simple dan kadang dianggap sederhana oleh orangtua, bisa jadi sesuatu yang penting untuk anak. Ah, another lesson of life.

Kamis, 19 Agustus 2010

Arti piala

Menurut kamus besar bahasa indonesia: piala artinya cawan berkaki, kadang-kadang bertelinga biasanya diberi tulisan, sebagai tanda peringatan, dibuat dr emas, perak, dsb dipakai sebagai hadiah para pemenang perlombaan.

Ga heran, udah dua kali konser, dua-duanya dikasih piala. dengan gambar sebagai berikut. Ternyata piala melambangkan suatu kemenangan.



Tapi, in this case, menurut saya tidak tepat memberikan piala untuk anak umur 4 tahun, sebagai wujud apresiasinya berpartisipasi dalam suatu konser musik.

Pertama, karena konser ini bukan berformat perlombaan, mencari siapa yang terbaik.

Kedua, bisa jadi anak tidak lagi mengingat unsur-unsur lain yang lebih penting yang terkandung dalam acara tersebut, yaitu teamwork, harmonisasi, proses latihan, dan juga music taste nya.

Ketiga, bentuk piala tersebut justru membuat anonim tiap-tiap konser yang diikutinya, karena semua bentuknya sama. (sekarang ada 2 piala yang mirip berjejer dipajang, atas 2 kegiatan yang berbeda, tapi Fidel tidak bisa merecall yang satu terhadap yang lainnya)

Sehingga, yang kami lakukan adalah, tidak menganggap piala tersebut paling penting, tidak juga kami sebut Fidel hebat karena piala tersebut, tetapi kami mengucapkan terimakasih pada Fidel atas usahanya mau tampil dalam konser tersebut. (dia membalasnya dengan ucapan, terimakasih jg bunda, aku senenng ikut konser ^^)

Rabu, 18 Agustus 2010

Another painting session

Susah! Ibunya ga pernah belajar melukis, trus nemenin anaknya ngelukis pakai cat air.

Trus, yang dipakai mental orangtua jaman dulu. Lihat cat berantakan senewen, liat catnya kena baju lebih senewen lagi. Udah gitu, bawaannya, mau ngarahin Fidel untuk ngelukis sesuai "pakem" yang berlaku.

Saya lupa, bahwa jiwa anak bersih, biarlah dia eksplorasi dan menemukan sendiri dirinya, karena jauh didalam hatinya, dia sudah tahu siapa dirinya. Kami hanya bertugas untuk menuntun nya menemukan dirinya sendiri.

Saya tersesat dan silap mata, lihat dia yang katanya ngegambar 'wajah bunda' nya dengan kuas pakai warna hijau tebel-tebel. Trus kakinya dan tangan bundanya pakai warna biru. :P

Mainan (bermain adalah belajar)

Salah satu alasan ketertarikan kami terhadap mainan, adalah the old saying, "untuk seorang anak, bermain adalah belajar."

Banyak hal didapat Fidel dari bermain. Mulai dari perkembangan motorik kasar sampai perkembangan kemampuannya menalar.

Dalam suatu sesi book-sharing dengan Pak Rhenald Kasali di bulan Agustus 2010, terungkap sharing mengenai anak Pak Rhenald yang sempat merasakan ikut pendidikan TK di sebuah sekolah di Amerika, dimana belajar menghitung dilakukan justru dengan bermain, misal menghitung batu-batu diluar di halaman sekolah.

Kami tidak menuntut Fidel menjadi anak yang paling pintar, paling hebat. Kami berdoa dan berusaha, agar dia tumbuh dan menikmati pertumbuhannya, sehingga dia tumbuh memiliki rasa diri yang positif.

So how?

Sebagai orangtua, kami terus berusaha memperkaya cara pandang, melapangkan hati, untuk selalu bertumbuh menjadi orang yang lebih baik lagi dari kemarin. Kami skip preschool dan TK untuk Fidel, sehingga dia bisa lebih bebas bermain.

Kami percaya, bahwa bermain yang sehat meningkatkan rasa bahagia, membentuk karakter anak menjadi lebih sportif, dan sembari bermain, Fidel banyak belajar berhitung dan bernyanyi.

Untuk skip SD dan SMP dan SMA? semoga jawabannya dengan teguh kami dapatkan pada Home Education/Home Schooling.














Makanan Sehat untuk Fidel

Mengatur menu makanan untuk anak usia 4 tahun, susah-susah gampang. Lidahnya dengan gampang menerima chicken nugget atau sosis, yang nyiapinnya praktis.

Tapi, dipikir-pikir, selain kalori dan lemak, apa yang terkandung disitu ya? Maksudku, tubuh membutuhkan vitamin dan serat dan enzim hidup untuk bisa hidup. Kalau pola makan seperti itu dibiarkan berlangsung lalu, apa jadinya dengan pilihan pola makan yang dimiliki oleh anak kita kira-kira 5-10 tahun mendatang?

Justru sekarang, kami lagi berusaha mengonsumsi buah dan sayur dalam porsi yang banyak, kenapa justru Fidel malah sebaliknya.

Dengan alasan, biar makanannya habis ga terbuang. Bahkan, fenomenanya, berhubung banyak TK dan SD yang menetapkan jam masuk yang cukup pagi, ditambah akumulasi kemacetan, maka wajar tiap-tiap rumah tangga selalu menyediakan chicken nugget dan sosis dan kornet dan lainnya, yang praktis dan tidak cepat basi.

Seperti lingkaran yang tidak ada habisnya, manusia yang terburu-buru, mengonsumsi makanan yang gampang dimasak dan gampang dimakan.

Artikel-artikel Dr. Tan Shot Yen, M.Hum yang mengasuh salah satu tabloid mingguan, cukup banyak mengedukasi kami.

Menu makanan Fidel sejauh ini, setiap hari sayur sup yang isinya wortel, kembang kol atau brokoli atau buncis, kaldunya dari kepala salmon atau ayam kampung atau sumsum sapi. Lauknya mulai dari nugget, kembang tahu, sosis, baso, jamur, telur puyuh. Buah yang dia mau sejauh ini jeruk, itupun diperas.

Kami sedang mengolah berbagai macam cara (dan menu) untuk mengembalikan raw food masuk ke menu makanan fidel, agar yang namanya 'mengonsumsi makro-nutrien' tidak hanya sekedar konsep.

Minggu lalu, diberi toge jepang yang masih krenyes2 ditumis, dia merasa asing, setiap kebanyakan langsung dilepeh.

Minggu ini, dikasih labu parang, baik-baik saja.

Minggu depan, tantangannya, kacang polong

Tantangan: Bunda harus bisa mikirin menu nya, kalau dibiarin si Mbak yang mikir, dengan segala keterbatasan sumber daya pikiran si Mbak, jadinya menu Fidel bisa jadi seputaran nugget, sosis dan telur aja. ^^

Selamat berjuang! (berjuang keras, karena si Bunda ga bisa masak)



Rabu, 02 Juni 2010

Tangan Kanan dan Kiri aktif


Beberapa waktu lalu, fidel lagi seneng2nya main game di komputer, sehingga kubelikan game dari elexmedia yang sifatnya edukatif, belajar sambil bermain. Dari situ ketauan, ternyata memang tangan kanan dan tangan kiri fidel sampai saat ini dua2nya masih aktif, paling kelihatan kalau dia lagi main komputer, kalau pegel, dengan enaknya aja dia ganti cetak cetik mouse pake tangan kiri...^^

Kamis, 15 April 2010

Tetap pakai metode montessori

Metode montessori tetap satu dari sekian cara favorit saya untuk belajar bersama Fidel. Apalagi ternyata anak memang senang dan selalu butuh tanggung jawab dalam porsi yang tepat.

Bersih-bersih rumah memang lebih enak dilakukan sendiri, tapi rata-rata toddler dan balita kita pasti kepingin bantu, entah mencuci mobil dan atau piring, menyiram tanaman, menyapu atau mengepel , memasak atau menyedot debu. Apapun!

Begitu juga dengan Fidel, sampai dengan porsi tertentu, Fidel semangat sekali diberi tanggung jawab. Seperti suatu siang-siang di hari Sabtu, dia membantu menyedot debu. Thanks to Maria Montessori. ^_^


Kurikulum Cambridge ICT Starters

Habis baca buku nya mbak Maria Magdalena. Tergugah habis-habisan!

Terus, begitu baca kalau Pandu ikut program nya cambridge, saya coba ikut-ikut browsing, mau cari tahu. Walaupun masih dangkal sekali pengetahuan saya, tapi, sedikit banyak saya merasa 'arah angin' proses home education ini semakin cocok dengan saya.

Informasi pertama yang saya baca adalah mengenai ICT (Information and Communications Technology). Materinya bisa didownload di www.cie.org.uk

Sedikit banyak, sembari dicicil baca nya sepulang kerja, juga sembari dicicil saya praktekkan untuk Fidel. Saat ini Fidel lagi saya kenalkan pada notebook, mulai menguasai area keyboard dan mouse. Tapi, berhubung dia cepat bosan, mau tidak mau saya akali disambi dengan main game.




Selasa, 30 Maret 2010

Wajah Home Schooling

Tiap wajah home schooling tidak ada yang sama. Karena karakter dan kebiasaan masing-masing keluarga berbeda.

:(

Sehingga ide homeschooling ini menjadi suatu topik yang berat untuk didalami. Orang rata-rata terbiasa dijejali dengan suatu ide, dibuat familiar sehingga kemudian percaya bahwa sesuatu yang absolut pasti hanya datang melalui suatu cara. Sayapun begitu. Rasanya asing sekali mempercayakan diri sendiri untuk belajar mencari tahu pengetahuan seperti apa yang harus saya berikan kepada anak saya sendiri. Saya merasa tidak pintar, bukan profesor maha tahu, sehingga tidak pede mengasuh dan mendidik anak sendiri.




Minggu, 21 Maret 2010

Konser Pertama Fidel, 14 Mar 2010

Lanjutan dari les musik Fidel, Minggu 14 mar 2010 adalah konser pertama nya sebagai murid Music Wonderland.

Konsernya adalah menyanyikan lagu "Twinkle Little Stars" dan lagu adaptasi jepang yang dipelajari di sekolahnya, "Matahari - Could it be the sun?"

This is a giant leap untuk Fidel yang pemalu, aku tidak bisa membayangkan dia tampil depan umum, jangan-jangan dia bakal ga mau naik panggung. Tapi, kami sebagai orangtuanya sudah sepakat untuk selalu percaya yang terbaik dari anak kami.

Selama 2 minggu, kursus musik nya diselingi dengan latihan menyanyi, latihan blocking, membahas baju yang akan dipakai. Terus terang, aku ragu Fidel akan mau maju ke panggung, apalagi terutama karena latihan di kelas kursus pun kelihatannya sudah membuat dia bosan, mengulang-ulang blocking dan twinkle little stars dan matahari. Aku mencoba prinsip less is more.

Selama di rumah, kami tidak berlatih lagu itu, tidak ada latihan gaya, tidak ada latihan blocking, no pressure, nothing. Kalau nanti di konser, ternyata Fidel screw up, it's ok, bagian dari proses belajarnya. Hasil akhir tidak penting buat kami. Yang membuatku khawatir hanyalah kalau Fidel yang tidak pernah latihan akan mengacaukan performance yang lain.

Jadilah, minggu pagi berangkat ke tempat konser seperti layaknya mau jalan-jalan. Sampai disana, Fidel yang terakhir sampai, semua temannya sudah berkumpul dan sudah gladi bersih. Awalnya Fidel masih malu-malu, berkumpul di backstage pun dia tidak mau ditinggal.


Sesaat sebelum tampil, syukurlah dia malah minta ditinggal, jadi setelah itu aku buru-buru lari ninggalin backstage untuk liat penampilan dia pertama kali, konser musik ala yamaha, Ini dia bersama temannya ki-ka Helga, Arkan, Abigail, Fidel.


Latihan atau tidak, memang bisa jadi belum penting, yang penting saat dia masih kanak-kanak adalah good experience. Life is not always about winning, so we try so hard to teach Fidel how to enjoy life.

Kamis, 11 Maret 2010

One of advantage on HE

Saya sendiri mengakui belum yakin 100 persen tentang bagaimana memilih metode pendidikan Fidel usia 6 tahun ke atas, apakah masuk sekolah swasta katolik terdekat atau lanjut Home Schooling/Home Education. Ini masalah Percaya Diri dan Komitmen orangtuanya Fidel.

Tapi, gambar berikut menunjukkan one of advantage dengan memilih HE. Yaitu, Fidel yang saat ini belum pasti apakah dominan menggunakan tangan kanan atau tangan kiri, bisa belajar menulis dan menggambar di rumah dengan bebas.


Motorik Kasar dan Motorik Halus: Jadi satu

Belajar menggunakan gunting adalah motorik kasar, akan tetapi yang digunting adalah bentuk lingkaran yang sudah ditandai, sehingga mengasah juga kemampuan motorik halus Fidel. Kemudian, ditempel.



Proses belajar ini dilakukan on weekend, kira-kira berdurasi 30 menit, dengan salah satu hasil akhir seperti berikut ini:


Sharing: Komitmen untuk HE

Saya termasuk orang yang berpikiran begini,:  apa pentingnya sosialisasi pada anak sejak dini ? Kalau yang didapat adalah peer pressure terlalu dini pada anak yang kemudian menyebabkan anak mengadopsi segala bad behaviour dari teman sebayanya.

Too early peer pressure, menurut saya bisa menyebabkan Fidel tidak bisa menjadikan dirinya oleh dirinya sendiri. Ia akan terlalu sibuk berusaha agar 'diterima' oleh komunitas, sehingga ia bahkan tidak akan sadar apakah yang dia serap adalah bad behaviour, karena yang penting adalah dia ingin diajak ikut serta, in da' gank.

Ngapain jg kita buru-buru nyekolahin anak kita ke Playgroup atau TK, no matter how presticious itu sekolah, kalau ternyata tidak membantu speed-up perkembangan anak kita, tapi justru malah bisa "menjerumuskan" anak kita sendiri? Well, ini adalah sebuah opini pribadi yang tidak untuk disebarluaskan pada umum.

But, however, bukan berarti skipping preschool (dan mungkin juga kindergarten) akan membuat Fidel ketinggalan "pelajaran". Ini masalah komitmen orangtuanya. Contoh: pulang kantor, saya bisa memilih untuk nongkrong sama temen-temen kantor atau ex temen kuliah untuk nomat, nge gym, arisan, nongkrong atau apa deh pilih..atau pilih pulang ke rumah buru-buru untuk belajar bersama Fidel). Begitu jg dengan weekend, kita bisa pilih mau jalan-jalan ke mal untuk memuaskan hasrat kita sendiri berjalan-jalan dan window shopping (atau shopping beneran) atau komitmen belajar bersama anak di rumah atau diluar rumah. Pada usia Fidel yang baru mau 4 tahun, Ibu bekerja pun masih bisa lo melakukan home education pada anak, karena sesuai guideline dari Depdiknas Paket A setara SD jumlah jam pendidikan minimum adalah 3,3 jam/hari, atau kalau di buat dalam satuan SKS adalah 30 SKS/semester dengan definisi 1 SKS adalah 35 menit. Itu untuk Paket A yaitu anak SD lo, berarti kalau untuk anak preschool jam belajar minimum per harinya bisa kurang dari itu. Cukuplah sejam sehari, asalkan komitmen orangtuanya dijaga.

Saya akui memang sulit memulai suatu proses home schooling atau home education, karena metode pendidikan dan bahan ajar yang diterapkan sepenuhnya diserahkan pada kita, orangtuanya. Kadar percaya diri orangtua ditantang, dan lebih penting lagi tentunya kadar komitmen.






Kamis, 18 Februari 2010

Belajar Memasak

Well, semua anak kecil suka memainkan peran layaknya orang dewasa. Beginilah percakapan Fidel dan Bunda, atau kalau aku bekerja, menjadi percakapan Fidel dan Mbaknya

Fidel : Bunda/Mbak, mau makan apa?
Bunda/Mbak: mau makan sosis
Fidel: digoleng atau dipanggang? (ceile pake nawarin, karena dapurnya ada kompor dan panggangan ^_^)
Bunda/Mbak: di panggang ya.
Fidel: digoleng aja deh..(inilah upside-down psychology, alias psikologi terbalik. Kalau kita mau anak kita melakukan A, sebaiknya kita anjurkan dia untuk JANGAN melakukan A. Kalau aku ingin Fidel minum susu yang banyak, maka akan kuminta dia JANGAN minum susu yang banyak. You gotta say the magic word...ha..ha..LOL)
Bunda/Mbak: ooo.ya...yang enak ya..
Fidel: iya! bental ya aku masak dulu...


Aktivitas Real: Mengenal Warna

Selama ini Fidel sudah cukup akrab bermain tuxpaint, yaitu game komputer yang kegiatan nya mencampur warna secara virtual. Dia sudah mengenal warna-warna dengan baik, bahkan dia sudah bisa membedakan dengan baik warna muda dan warna tua. Dia bisa memilih biru tua dan biru muda dengan akurat.

Weekend kemarin, dia ingin bermain lagi menuang air, kegiatan sederhana yang kuadaptasi dari metode/kurikulum montessori. Kali ini, materi permainan lebih berat, karena sensasi untuknya jauh lebih baik dibandingkan dengan bermain warna di komputer. (Note: pakailah pewarna untuk makanan yang banyak dijual bebas di supermarket)




Rabu, 17 Februari 2010

Permainan murah meriah, fun dan mendidik

Waktu Fidel umur 1 tahun, ada satu buku bagus yg saya beli (nanti saya cari dulu untuk share judulnya ya) mengenai permainan apa yang murah meriah untuk anak balita. Salah satunya adalah bermain di ruang keluarga dengan bermodalkan bantal, boneka buaya (kalau ada) dan *of course...twinktwink* imajinasi dan kreativitas yang tinggi.

Permainan cukup gampang, susun bantal-bantal besar, lalu gunakan imajinasi untuk bercerita pada anak mengenai situasi bahwa kita berada di atas batu di dekat sungai dan kita tidak boleh menginjak di luar bantal karena takut digigit buaya. Fidel menyukai ide permainan ini sedari awal, tapi aku tidak pernah menyangka saat ini umurnya hampir 4 tahun, dan dia sering memainkan permainan ini sendiri dan tetap merasa senang. Dia akan melompat dari satu bantal ke bantal yang lain, berteriak-teriak mengkhayalkan ada buaya, dan dia mengatur jarak antar bantal sejauh mungkin yang dia bisa. Wajahnya penuh perhitungan, waspada dan dia melompat sejauh mungkin. Kadang aku diajak ikut serta, tapi sekarang2 ini Fidel prefer aku jadi penonton saja.


Selasa, 09 Februari 2010

Lanjutan - Metode Waldorf sesi outdoor play periods

Menyusul kegagalan dari sesi outdoor play periods yang lalu, akhirnya aku berkesempatan untuk mendampingi Fidel, - senangnya ^_^, kemarin sore.

Biasanya senin sore jam pulang kantor macet, akan tetapi kali ini rupanya cuaca baik, Tuhan Murah Hati, sehinga jam 17.45 aku sudah sampai di rumah. Sehingga aku memutuskan untuk melakukan sesi outdoor play period sore kemarin.

Fidel excited sekali karena aku bilang kita mau jalan-jalan lihat sungai. (untungnya tinggal di kalimalang, kl mau lihat sungai yg airnya masih kecoklat-coklatan ga susah).

Our Quest began by taking the bumpy road, menyusuri gang sempit. Perjalanan dimulai dengan membahas pohon pisang, pohon jambu..aku deg-degan juga takut Fidel menanyakan jenis daun pohon yang aku tidak tahu jenisnya.

Di ujung gang, ada kelinci dan burung-burung peliharaan orang, (baca=tetangga). Ternyata pengalaman ber-outdoor ini bagus juga buat Fidel. Dia tidak familier dengan kelinci dan burung-burung, apalagi binatang-binatang tersebut ada di neighborhood nya dia.

Sampai di jembatan kalimalang, project kami adalah analisa sederhana continuity/kesinambungan. Kami memetik daun-daunan di pinggir jembatan, lalu membuangnya di sisi kanan, kemudian buru-buru melihatnya terhanyut arus sampai di sisi kiri. Dilakukan berulang-ulang, sampai Fidel menangkap pelajaran baru mengenai continuity.

No photos provide here, berhubung tanganku sibuk memegangi Fidel yang begitu bersemangat melongok ke arah sungai.

Sabtu, 06 Februari 2010

Unit Studies-Unschooling

Knowledge is power, thus it is a two-sided blade.

Membaca artikel dari websitenya keluarga sumardiono mengenai unschooling, I must admit that deep, - way deep inside, I feel it IS true.

Mana mungkin seseorang anak manusia dengan kapasitas intelenjensia tinggi pun dapat menguasai semua elemen pengajaran di dunia ini? Sebagai orang tua, sebenarnya tugas mulia kami, salah satunya adalah mempelajari potensi dan bakat anak kami, dan mengarahkannya untuk meraih segala mimpi-mimpi yang seringkali dianggap menjadi nasib atau jalan hidup.

Orang tua yang mau mencoba mengerti dan percaya pada diri anaknya adalah yang paling dibutuhkan si anak.

Pada usia dini, Fidel mulai menunjukkan ketertarikan pada metode unit studies yang kukenalkan. Caranya? Here's an example.

Sebagaimana layaknya anak kecil, Fidel menunjukkan ketertarikan yang tinggi pada Fire Truck. Ini kami lihat sebagai kesempatan untuk mencoba satu subjek bahasan untuk dipelajarinya. Caranya gampang sekali, aku mengumpulkan segala jenis gambar fire truck dari dunia maya, lalu kukumpulkan di satu folder untuk diflash ke Fidel. Dari situ kami membahas (dan aku menjawab) semua concern atas hasil pengamatan Fidel.

"truk pemadamnya besar ya Bunda?"

"oh yg ini truk pemadam kartun"

"Kenapa sih ada tangganya?" "buat nolong orang, Fidel" "truk pemadam itu buat nolongin orang jg ya Bunda, orang yg ga bisa turun ya?"

Lalu, setelah melihat beberapa kali putaran, dia komen "aku mau liat truk pemadam yg gerak, Bunda"

yo wes, lari ke  youtube. Dan, sekali lagi, global village menunjukkan sisi baiknya. Ada begitu banyak online resources yang mendukung metode unit studies kali ini. Tersedia banyak video yg menunjukkan proses berangkatnya fire truck sampai ke TKP, sampai air disemprot dan api padam.

What Fidel gain from this session of lesson?

  1. Fidel belajar variasi bentuk dari Fire Truck
  2. Fidel mengetahui bahwa petugas pemadam tugasnya adalah untuk membantu orang
  3. Fidel belajar empati terhadap orang-orang korban kebakaran
  4. Fidel mengetahui konsep air "melawan" api dan juga sifat-sifat api dan air yang bertolakbelakang
  5. Fidel belajar bersama Ibunya dan Ayahnya, dimana ini ditegaskan oleh Fidel sebagai sesuatu yang amat sangat dia sukai.
God is good.

Jumat, 05 Februari 2010

Finger Printing

Menjadi kebiasaan baru Fidel setiap aku pulang kerja, bertanya "Bunda bawa apa?" sambil naik ke pelukanku, sore itu dia menambahkan pertanyaan "bawa makanan apa?"

Padahal aku tidak pernah berjanji padanya untuk pulang bawa oleh-oleh. Tapi, rupanya karena pada beberapa kesempatan aku pulang membawa pulang makanan atau buku atau sesuatu untuknya, dia menyimpulkan sendiri.

Sore itu aku membawa finger printing ink yang baru kubeli. Dia excited sekali ^_^ berikut gambarnya sedang eksplorasi.


Waldorf Methods: Outdoor play period

Terus terang, mencoba pendidikan rumah untuk anak sambil bekerja kantoran susahnya bukan main, terutama karena saya terikat jam kerja pergi pagi pulang sore. Puji Tuhan masih bisa pulang sore, selesai jam kantor langsung pulang, walaupun itu juga masih dirasa kurang oleh anak.

Untuk mencoba metode Waldorf, bagian early childhool education pada section outdoor play period, aku mencoba memutar otak bagaimana caranya Fidel bisa experiencing nature, terutama sekali karena untuk mengalaminya hal itu perlu dilakukan pada jam kerja.

Akhirnya, aku mengadakan games untuk Fidel, berhubung dia suka sekali memotret, yesterday I told him, bahwa selagi Bunda bekerja, tolong Fidel dan Mbak foto-fotoin daun-daun yang ada di halaman. Ku bilang padanya daun bentuknya beda-beda, ada yang panjang, pendek, bulat, pipih. Lalu kufoto daun-daun pohon mangga didepan rumah yang tinggi diatas, seperti gambar berikut
 

Pulang kantor, aku belum sempat mengecek memory card kamera, baru the next day in the morn aku coba cek, ternyata hasilnya adalah sebagian foto narsis dimana dia memotret dirinya sendiri sedang beraktivitas, dan sebagian lainnya adalah foto kegiatan Fidel sehari-hari, contohnya adalah menonton salah satu film kartunfavoritnya. Mmmm, so much for outdoor play period.. Bunda harus mencari new strategic for this method.





Kamis, 04 Februari 2010

Kurikulum Fidel Tahun 2010

Mencoba adopsi metode unit studies dari unschooling. Walaupun tidak 100 persen, berikut adalah kurikulum yang kurencanakan untuk Fidel sepanjang tahun 2010 ini.

  1. Mengunjungi museum (pr: list jumlah museum di Jakarta yg cocok untuk usia preschool)
  2. Perpustakaan (pr: list jumlah perpus yang avail di Jakarta)
  3. Berkebun (pr: list kegiatan berkebun untuk anak)
  4. Project membuat pohon keluarga
  5. Project membuat life cycle of a...(animal)
  6. Berenang
  7. Bermain dengan air: mempelajari sifat air
  8. Belajar vocab bahasa inggris
  9. Mempelajari anatomi burung setelah melakukan kunjungan ke taman burung
  10. Mempelajari anatomi hiu, dolphin, whale, setelah mengunjungi seaworld
  11. Mempalajari darimana datangnya nasi
  12. Project kerja sukarela (pr: cari tau jenis kerja sukarela yang memungkinkan dilaksanakan di Jakarta, ref www.johntaylorgatto.com
  13. Project membuat food pyramid
  14. Project membuat roti
  15. Project belajar mengisi huruf yang hilang, diawali dengan menempelkan alphabet besar-besar di karton
  16. Project mengenal tanggal-bulan-tahun
  17. Project harian: mengenal cuaca
  18. Project membelah buah untuk tahu isinya: pepaya,mangga,jambu,pisang,belimbing
  19. Belajar mengenal waktu: AM/PM
  20. Belajar menulis dengan metode sandpaper di mix dengan menulis dengan cat air
  21. Project mencocokkan warna
  22. Project mencari tahu dari mana datangnya susu
  23. Project menanam taoge
  24. Project menanam labu

Rabu, 03 Februari 2010

Percaya yang terbaik pada diri setiap anak

Buat kami tidak gampang melakukan assessment terhadap potensi bakat Fidel, walaupun ternyata pada beberapa kesempatan Fidel membuktikan bahwa yang perlu dilakukan kami sebagai orangtua adalah sebatas memberi kesempatan, menunjukkan dukungan dan menerima apa adanya, dan kemudian percaya yang terbaik pada diri setiap anak. Maka dengan berkat Tuhan, segala daya dan upaya yang kita lakukan, mendapat jalan terbaik.

Aku dan Wangsit sudah mendiskusikan kemungkinan-kemungkinan yang kami yakin mengarah pada fakta bahwa Fidel tidak menyukai sekolah musik dan mungkin akan lebih bebas saat dia belajar di rumah. Walaupun begitu, setiap pergi les kami jalani tanpa beban, dan dengan dukungan 100 persen dan penerimaan apa adanya si anak sebanyak 200 persen.

Kami berusaha enjoy walaupun Fidel menunjukkan sikap bosan atau ngantuk, terlebih-lebih saat sesi maju menyanyi ke depan. Fidel tidak pernah mau maju menyanyi sendirian, selalu minta ditemani. Moment itulah yang juga menjadi acuan saya menilai kegagalan Fidel mengikuti sekolah musik. Tapi, siapa sangka, merasa diterima apa adanya, Fidel menunjukkan yang terbaik dari dirinya.

"Bunda, aku maju sendiri aja ya, Bunda ga usah ikut.."

itulah kata-katanya dengan gagah berani dan maju menyanyi di depan.

 


Selesai maju menyanyi twinkle little stars dengan keras, dia kembali ke tempat duduk dan mengucap "Bunda, aku hebat ya berani maju ke depan sendiri?"
Aku mengiyakan, lalu kutanya gini, "jadi, Fidel berani kl di sekolah nanti maju sendirian seperti ini?

Dijawab gini, "nanti dulu, kl di sekolahan Fidel tetep sama Mbak..krn Fidel belum belajar, nanti aku musti belajar dulu biar berani kayak sekarang" 

Well, whadya' know? We gave Fidel the time as much as he needed, we trust him because we hope he'd developed things that built him as a self, not jus a confidence or elses good but the one who has faith in himself, who believes in himself.





Selasa, 02 Februari 2010

Pantai - home for every child or child at heart

Aku dan Wangsit menyukai both pantai dan gunung. Keadaan selama ini kurang mendukung bagi kami untuk membawa Fidel menjelajah pantai. Waktu dia kecil beberapa kali kami sempat membawanya ke pantai, dan menjelang usianya 4 tahun kembali kami mengajaknya ke pantai. But, this time is different.
Banyak hal yang didapat dari kunjungan ke pantai ancol kali ini. Pertama kali Fidel mempelajari sensasi air berpasir. Ia bergairah sekali mencari tahu bagaimana menikmati pasir, duduk menghadang ombak, dan terakhir, dia menguji keberaniannya dengan sejauh mana ia berani melangkah menjauhi pantai..lucu sekali bagaimana ia pertama kali menjerit saat melangkah semakin dalam dan melihat bahwa kakinya tidak kelihatan didalam air.

Butuh kira-kira 10 menit baginya mempelajari situasi ini sebelum dia berani berlari-lari bolak balik sendirian menjauhi pantai. Dan butuh kira-kira 20 menit baginya sebelum dia punya ide "mengosongkan" pasir dengan mengambil pasir penuh-penuh di tangannya dan berlari membuangnya "ketengah" laut.


Sabtu, 30 Januari 2010

Metode Turunan dari Montessori-Sandpaper

Semenjak kami mencoba memperkaya diri dengan pengetahuan tumbuh kembang anak, dan dengan observasi, kami menyimpulkan bahwa Fidel mempunyai kecenderungan untuk masuk tipe kinesthetic learner.

Dan, untuk membantunya belajar mengenal huruf dan angka, aku membuat secara sederhana, dan dengan sedikit kreativitas tentunya, ^_^ , sandpaper dari kertas origami. Lumayan juga hasilnya, walaupun belum hafal semua huruf dan angka, Fidel menunjukkan antusiasme yang konsisten terhadap kegiatan menulis meniru bentuk huruf yang kubuat ini.


Sabtu, 23 Januari 2010

Montessori Practical Life

Masuk dalam kurikulum Montessori Practical Life bagian preliminary movements untuk animal care.

Materi yang dipaparkan oleh Su Chen Jenny Yenn adalah feeding the fish untuk anak 3Y+. Fidel sudah melakukan hal tersebut semenjak dia bisa berjalan, bahkan setahun belakangan ini Fidel sudah bisa memancing. Dan, andai aku bisa mengabadikan ekspresinya saat dapat ikan dari proses memancing. Priceless!

December 2007, saat Fidel sudah mulai bisa menunjukkan egonya, sudah bisa menunjukkan kecemburuannya kalau perhatianku bukan tertuju padanya, bahkan pada ayahnya pun dia cemburu, kami menilai bahwa Fidel harus dibantu untuk mematangkan perkembangan emosinya, berhubung saat itu dia masih ASI, aku tidak bisa berharap banyak untuk segera dapat momongan lagi, sehingga cara yang paling tepat menurut kami adalah giving him a pet. So, we gave him 2 puppies for christmas.

Saat ini Januari 2010, puji syukur pada Tuhan bahwa Fidel tumbuh menjadi seseorang yang memiliki sense of emphaty yang cukup dengan kondisi sekitar. Dia belajar memandikan anjing, krn katanya anjing2 bau. Dia belajar bahwa anjing juga butuh makan yang rutin setiap hari, walaupun yang selalu memberi makan anjing adalah ayahnya, dan dia belajar untuk menyayangi hal-hal yang kaitannya diluar dari kepentingan dirinya sendiri. Kalau hari hujan, dia bilang kasihan anjing di luar kedinginan sehingga disuruhnya masuk berdiri depan pintu.



Getting to know the computer

Saya percaya bahwa penting untuk masa depannya, Fidel mengenal computer skills. Dan, memang tidak sulit untuk mengenalkan dia pada komputer. Salah satunya dengan tuxpaint. Dapat info link ini dari milis sekolah rumah. Dan kumasukan sebagai kurikulum untuk Fidel. Selain games online yang amat bermanfaat dan mendidik, Fidel kukenalkan pada komputer melalui tuxpaint. Dia sudah mulai bisa menggunakan mouse untuk membuat corat coret di tuxpaint, seperti tampak di gambar. Dia excited sekali, dan berhubung aku harus segera berangkat kerja, sesi belajar yang terjadi pagi hari itu tidak maksimal, krn dia masih kepingin corat coret. Dia bahkan sudah mulai belajar pelan-pelan menggerakkan kursor mousenya. Jadi, dengan perasaan haru, karena memang benar bahwa anak malas sekolah belum tentu malas belajar, terbukti Fidel suka sekali belajar apapun hal baru, aku berangkat ke kantor.



Kamis, 21 Januari 2010

Kegagalan Les Musik

Sering saya dihadapkan pada tekanan untuk membiarkan anak menemukan sendiri jalannya, dan itu sulit sekali karena pada tahap tersebut saya hanya bisa mengandalkan metode trial & error untuk menemukan hal-hal yang paling dia sukai dan memang merupakan karakter dia yang paling dominan.

Sudah setahun ini Fidel ikut les musik electone satu kali seminggu. Fidel amat menikmatinya, gerak dan melodi dan lagu dan musik sepertinya amat memengaruhi keseharian dia semenjak ikut les. Akan tetapi, karena selalu kudampingi, penilaianku mengatakan dia merasa tidak bebas di dalam kelas tersebut dan kadang bosan saat mulai diajari tangga nada, karena tidak ada kegiatan/aktivitas real yang bisa dia lakukan seperti yg biasa dia lakukan di rumah seperti coloring dan writing.

Akhirnya, dapat buku piano preschool punya Mbak Lala, aku coba lagi..ternyata memang Fidel kurang menikmatinya. Berdasarkan ini, kuputuskan untuk pending dulu dia naik kelas musik, dan sementara mau stop dulu les formal, biarlah dia belajar sendiri mengulang dasar-dasar yang sudah dia pelajari setahun belakangan ini.

Senin, 18 Januari 2010

The Big Dumb Q

1. Apa orientasi akademis Fidel? Kalau dalam negeri, berarti memerhatikan kurikulum untuk melanjutkan ke PT? 2. Apakah Fidel akan cocok dengan HS? Bagaimana kl ditengah jalan ternyata HS tidak cocok untuknya? 3. Darimana saya tahu saya telah mendapatkan dan menjalankan kurikulum dan atau metode HS yang tepat untuk masa depan anak saya? 4. Saya telah terbiasa keluar rumah setiap pagi, bagaimana saya menghadapi kondisi yang membuat saya tidak keluar rumah setiap hari? 5. Bagaimana dengan ijazah? Bagaimana caranya untuk ikut ujian kesetaraan paket A/B/C, what options do I have relating to this? 6. Apakah yang kucita-citakan untuk Fidel?

Finance for Kids

Minggu, 17 jan 2010 ini Fidel dikasih budenya buku dari IDX yang bagus sekali dan kujadikan momentum untuk mulai mengenalkan fungsi uang baginya.

1 set buku bertema Finance for Kids, kubacakan yang untuk usia TK,  konsep awal adalah mengenalkan keuntungan menabung. Fidel selama ini memang kuberikan celengan berbentuk ayam, dan setiap kali dia lihat uang receh pasti dimintanya untuk ditabung, tapi dia belum jelas mengenai konsep uang dan menabung. Yang dia tahu adalah dia menabung uang receh di celengan.

Setelah membaca buku itu, kuajak dia untuk memecahkan celengannya. Kami sama-sama ambil palu dan di halaman depan celengan ayam dipalunya sampai pecah, uang logam berserakan. Ditotal ternyata ada lumayan banyak.

Dia tanya, uangnya boleh dibelikan apa. Kujawab, karena ini uangnya jadi bebas mau dibelikan apa saja boleh.
Dia tersenyum lebar sekali padaku, sambil menjawab uangnya mau dibelikan mainan mobil-mobilan di mal. Kubalas dengan oke dan senyuman.

Malamnya, saat kami pergi ke superindo, dia menagih janjinya. Inilah gambar dia dengan mainan pertamanya yang dibelinya dengan "uangnya sendiri". Kutanya, apakah Fidel senang, dia menjawab iya dengan malu-malu masih memeluk mainannya. Lalu kulanjut dengan pernyataan, "berarti besok kita nabung lagi ya biar bisa beli mainan lagi".




Jumat, 15 Januari 2010

Sekolah alam, belajar sore-sore

Puji syukur pada Tuhan kalau generasi mendatang masih bisa menikmati air sebagaimana air adalah kebutuhan manusia yang utama, juga kalau generani muda mendatang masih bisa mengenal dan menikmati konsep tanah atau Bumi sebagai Ibu yang memberi tanpa pamrih.

Tapi, seberapa banyak anak kita yang adalah generasi mendatang mengenal tanah sebagai seorang Ibu? Kebanyakan dari kita, orangtua, menganggap anak yang bermain tanah adalah kotor, sehingga anak tidak akrab dengan kondisi tanah, bahkan ada yang jijik atau "takut" terkena tanah.

Saya saja yang merasa perlu mengenalkan konsep tanah kepada anak, sempet senewen sendiri melihat Fidel "sekolah" di empang belakang rumah, dengan sepatu bot nya dan cangkul ditanah, sibuk menggaruk2 tanah yang menurut dia adalah "mbantuin eyang kakung nanem rumput"




Lagi-lagi, another simple montessori, practical life lesson, children outbound..but I call it home education. Praise the Lord, masih ada eyang kakung dan eyang utinya. Bundanya lagi rosario biar dibimbing Bunda Maria memilih jalan hidup.