Penilaian saya pada "ketidaksiapan" saya menghadapi pilihan mendidik anak dirumah adalah social pressure. Saya teringat-ingat terus pada kalimat mengganggu ini, "eveybody else's doing it so why won't we?"
Saya pernah berada pada situasi memilih untuk ASI eksklusif untuk Fidel, dimana saat itu nyaris jarang teman saya yang memberi ASI-X untuk anaknya. Tapi, saat itu saya tidak merasa sebagai si "renegade", justru saya merasa pilihan tersebut adalah begini, "everybody else won't doing it so why won't I?" :)
Memilih memberi ASI-X buat saya pribadi adalah suatu jalan alami yang menurut saya pasti akan dilalui oleh semua Ibu yang ingin dan mampu memberikan yang terbaik untuk anaknya. Saya bahkan tidak memerlukan komunitas pendukung sekedar agar saya kuat diterpa "badai" iklan susu formula, saya merasa perlu mencari komunitas where I belong, coz I already feel comfortable with myself and what I chose.
Tapi, dengan ide dan konsep home education, it is a lot more complex and hard for me to chose. Saya mencari referensi sebanyak mungkin yang sanggup saya cari. Saya juga merenung, memikirkan masak-masak, mulai melisting pros and cons about having home education program for Fidel, not that I don't trust what goodness Fidel may gain from this program, but I need to find out wether I COULD BE a good teacher, a good full time parents, a good life time partner and best friend for him. There are lots to be stakes. Ternyata memang lebih "gampang" memilih sekolah swasta terdekat untuk dia ketimbang membuat sendiri kurikulumnya, menanggung social pressurenya, dealing with the feeling of incapability dan low-self esteem.
But, once again, hati nurani saya benar-benar terusik, dan saya takut menyesal tidak cukup "berani" memberikan yang paling baik dan paling layak diterima oleh Fidel