Kamis, 14 Oktober 2010

Menabung

Setiap keluarga punya cara masing-masing memperkenalkan anak pada kegunaan dari menabung.

Aktivitas paling sederhana rata-rata adalah memberi anak sebuah celengan untuk diisi uang logam. Selanjutnya, seorang anak akan diberitahu bahwa celengan tersebut harus diisi uang. Kalau ditanya, supaya apa? Supaya penuh. Lalu si anak akan bertanya lagi, memang kenapa kalau sudah penuh? Jawabnya: bervariasi.

Akan tetapi, ternyata varian dari jawaban versi standarnya sering sekali suatu hal yang kurang menstimulasi anak untuk giat menabung, atau paling tidak, pemahaman anak hanya akan mentok pada pemikiran kira-kira seperti begini: "Kalau menabung maka akan dapat banyak duit" Duitnya buat apa? Buat ditabung, atau buat sekolah, atau buat beli buku.

Intinya, seringkali, tujuan dari aktivitas menabung dikaitkan dengan kebutuhan pendidikan anak-anak, atau untuk tujuan jangka panjang.

Buat kami, hal tersebut, bukannya salah. Hanya saja, pemikiran anak masih sangat sederhana. Sehingga, jawaban dan stimulasi yang diberikan harus mempertimbangkan logika anak kita.

Kegiatan menabung terkait erat dengan pengendalian diri. Hanya pengendalian diri yang bisa membuat orang dengan sadar menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk hal-hal dimasa mendatang.

Sehingga, menabung yang dilakukan anak terkait erat dengan suatu proses, dan bukan pada tujuan akhir.

Yang kami lakukan pada Fidel sedikit berbeda.

Mulai dari usianya kira-kira 3 tahun, kami memberinya celengan dan uang logam setiap saat untuk dia tabung di celengan nya (celengan itu adalah bekas botol frapuccino dari starbucks) Di usia tersebut, aktivitas yang dia pahami adalah memasukan uang koin ke dalam botol. Sehingga, celengan tersebut terisi penuh kira-kira dalam waktu 6 bulan. Setelah celengan tersebut penuh, kami buka dan hitung bersama-sama. (Fidel membantu saya menghitung dengan susah payah, tapi semangat).

Saya ajukan pertanyaan padanya, "Fidel ini uangnya ada cukup banyak, kamu mau beli apa?" Jawabannya mudah ditebak, "mainan".

Oke, saat pergi ke supermarket, saya belikan mainan. Pulang dari sana, dia senang sekali dengan mainannya. Berulang kali, saya tekankan, bahwa itu mainan dibeli dari uang Fidel. Dia terkesima sekali dgn perkataan saya, rasanya seperti suatu ide baru, mungkin. Selama ini yang dia tahu adalah mainan dibelikan oleh ayah dan bunda. Setelah itu saya bilang, "oke, kalau mau mainan baru lagi, kita mulai lagi nabung". Kali ini, dia mengangguk semangat.

Celengan yang kedua, dari botol starbucks yang sama. Fidel pelan-pelan mulai memahami artinya uang sebagai nilai tukar dari suatu kesenangannya, yaitu mainan. Kami, orangtuanya, mulai menepi, sementara dia mulai aktif gerilya meminta uang koin dari eyangnya, dari opa omanya, dari omnya, dari pakde dan budenya. Kali ini, dalam 3 bulan celengan terisi penuh, dan dia menagih kami untuk beli mainan lagi. Kali ini, yang kami lakukan adalah memperketat batasan. Kami ajak Fidel ke toko mainan, akan tetapi, dia hanya bisa memilih mainan yang benar-benar mendekati nilai dari total jumlah uang tabungannya. Sewaktu dia minta mobil-mobilan besar yang bisa jalan dengan aki, saya bilang, "kalau mau yang itu, celengannya harus sebesar ember cucian" Maka, kami pulang dengan mainan hanya seharga 50 ribu, tapi dengan sesuatu yang lebih berharga, yaitu pemahaman Fidel bahwa uang adalah suatu alat tukar, dan menabung merupakan cara untuk mendapatkan kesenangannya, yaitu mainan.

Sesudah proses kedua, pelan-pelan kami mulai memperkenalkan Fidel pada konsep "mencari uang". Fidel saat ini, mulai jeli melihat uang koin tergeletak. Bahkan tidak segan bertanya pada anggota keluarganya lainnya apakah punya uang logam untuk dia tabung. Uang koin di dompet, mobil, dan berbagai tempat di rumah tidak luput dari perhatiannya. Maka, saya mulai berkata padanya, bahwa uang-uang tersebut tidak bisa diambil tanpa ijin pemiliknya. Fidel protes dengan mengatakan bahwa dia butuh uang untuk ditabung. Maka, saya mencoba memberi ide, bahwa, mungkin saja kalau bisa saja dia membantu memijit anggota keluarga yang baru pulang dari luar rumah maka dia bisa mendapat uang logam dari mereka sebagai ganti ongkos memijit. Hal ini, cukup rumit dipahami anak usia 3,5 tahun, tetapi bukannya tidak mungkin. Yang jelas, dia sekarang bertanya terlebih dahulu sebelum mengambil uang yang tergeletak dimanapun di sekitar rumah. Dan, lebih dari sekali, saat pakdenya ada dirumah, dia datang sambil membawa celengan, menawarkan pakdenya untuk dipijit, lalu meminta pakdenya mengisi celengannya dengan uang logam.

Pada intinya, kami mencoba memperkenalkan Fidel pada sesuatu yang ada di dalam diri tiap-tiap manusia, yaitu hawa nafsu keinginan. Suatu hal yang bisa memotivasi manusia. Sekali dia mengenali dan kemudian menyadari adanya potensi hawa nafsu, semoga pelan-pelan dia bisa belajar mengatasinya dan mengubahnya menjadi sesuatu yang bisa dia kendalikan, seperti menabung.

Semoga Fidel bisa memakai aktivitas menabung sebagai salah satu objectives untuk mencapai tujuan-tujuan hidupnya kelak.