Kamis, 13 Januari 2011

Perjalanan ke Holy Land bersama anak Bag IV


Sore hari, perjalanan kami arahnya menurun mendekati tepian laut yang dilatari deretan gunung-gunung, terus menuju Laut Mati atau Dead Sea.

Dead Sea atau Laut Mati membentang melalui Jordan dan Israel, walaupun dinamakan laut sebenarnya tempat itu lebih menyerupai danau luas berair asin. Merupakan tempat permukaan air laut mencapai titik terendahnya di seantero bumi, karena mencapai 422m dibawah rata-rata permukaan air laut.

Kami masuk Dead Sea melalui sisi utara Jericho, perkiraan saya masih di area milik Palestina. Ada beberapa entry point untuk Dead Sea, tetapi pada umumnya pemandangan yang didapat is about the same. Menuju bibir pantai, jalan menurun sekali, dan telah dibangun undakan-undakan rapi berjejer sehingga kami seperti berada disuatu auditorium alam yang indah sekali, seperti contoh gambar berikut:

Menuju Dead Sea atau Laut Mati
Dead Sea: Entry Point North Part


Sampai di bibir pantai, pemandangan yang lazim dilihat adalah begitu banyak orang yang melapisi kulitnya dengan lumpur sewarna tembaga bahkan cenderung hitam. Saya mendekat untuk merasakan pantai dan airnya. Ternyata pasir pantai serupa tanah lempung yang lengket dan luar biasa licin, dan air laut mati tersebut teksturnya kental dan berminyak seperti minyak goreng berwarna abu-abu hitam.

Hati-hati berjalan menjauhi pantai, karena ternyata banyak lubang-lubang kecil didalam air yang akan membuat kita terpeleset. Once kita terpeleset, akan sulit bagi kita untuk berdiri seperti biasa, karena tempat ini adalah salah satu hypersaline lake yang ada didunia, dengan tingkat keasinan air mencapai 8,6 kali lebih tinggi dari air di lautan, membuat buoyancy "digenapi" disini. Note: buoyancy bisa diperdalam infonya disini http://en.wikipedia.org/wiki/Buoyancy

Eyangnya Fidel terpeleset disini, dan butuh usaha keras untuk membuatnya mampu berdiri lagi pada kedua kakinya.


Sesampai nya di tepi laut, Fidel segera lari menerjang pantai dengan hasil jatuh seketika. Setelah terjatuh, dia meringis menahan sakit sampai sedikit gemetar, membuat kami bingung tentu saja, dan ternyata baru ketahuan dia punya luka lecet di sekitar kaki dan paha, yang segera perih luar biasa saat terkena air asin. Untung saja tidak jauh dari situ tersedia beberapa kran air tawar untuk orang membilas tubuh, karena sekali terkena air laut, kulit akan terasa licin. Segera Fidel mengantri untuk bilas.







Selain melumur diri dengan lapisan lumpur yang konon berkhasiat, banyak juga orang yang mencoba membotolkan lumpur tersebut, mungkin untuk kenang-kenangan dibawa pulang ke tanah air. Saya termasuk yang mencoba membawanya pulang terbungkus plastik.

Selesai membilas, kami menuju jalan menanjak dan setelah berganti pakaian, kami duduk menikmati manusia segala bangsa bertemu di melting pot tersebut, mencoba menyerap dan memahami suatu tempat yang berusia ribuan tahun dan ikut menjadi saksi perjalanan sejarah beberapa agama dunia.

Keluar dari Dead Sea


Catatan untuk orangtua yang membawa anak khususnya balita:

Pada saat packing, siapkan baju renang atau kaos+celana pendek juga handuk untuk orangtua dan anak dalam satu gulungan, ditaruh dalam kantong plastik. Siapkan topi renang kalau para Ibu tidak mau rambut basah. Taruh packingan baju ditempat paling atas, incase kejadiannya baru saja mendarat dan belum sempat mampir hotel sudah visit ke Dead Sea.

Hati-hati saat hendak menceburkan diri dan anak kedalam air. Ingatkan bahwa ini bukan pantai yang biasa, kalau perlu anak cukup bermain dipinggir pantai dan hanya terkena air sampai dengan lutut. Walaupun referensi berlaku sebaliknya khusus untuk orangtua. Sayang melewatkan kesempatan langka untuk menikmati danau dengan keunikan seperti ini, cobalah mengapung dekat tiang-tiang dermaga karena jelas memudahkan kita mengapung dengan berpegang pada tiang.

Bawalah plastik atau wadah untuk membawa pulang lumpur dead sea yang katanya begitu berkhasiat sehingga Cleopatra selalu berkenan untuk mandi disitu.

Jangan lupakan perlengkapan anak lainnya, misal minyak telon, minuman kotak dan air mineral.


(to be continued..)

Proses Belajar dengan Internet

Bill Gates pernah menyatakan antusiasme dan juga optimisme nya terhadap internet, yang membuat dunia seperti global village. Bahkan dalam beberapa kegiatan sharing di suatu milis yang saya ikuti, saya mendapati bahwa Bill Gates juga menyatakan keyakinannya bahwa akan datang suatu masa dimana melalui internet, orang akan mampu mengakselerasi proses sharing, dan membuat proses belajar dengan kualitas setara belajar di universitas oxford atau cambridge dapat diterima melalui proses internet.

Khan Academy telah memulainya dengan mendeliver begitu banyak kuliah dari suatu kamar kecil didalam rumahnya, banyak yang merasakan manfaatnya dan menyatakan kualitas pengajaran Khan setara atau equal dengan kuliah yang diberikan para profesor di bangku kuliah. Ada juga SecondLife yang memberi banyak orang kesempatan kedua untuk "hidup" dan begitu banyak orang yang menyatakan mengalami banyak kemajuan dalam hidup dengan koneksi internet. Dan ternyata saya juga telah mengalaminya ^^

Saat sedang mencari informasi sebanyak-banyaknya untuk membeli komputer khusus buat gamers, mencari di tumpukan informasi di google, ada lebih dari satu situs yang memberi informasi, salahsatunya adalah link ini http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5285238 yang memberi saya info mengenai istilah mobo atau procie, juga informasi detail mengenai cara kerja motherboard, plus minus merk Intel VS AMD, atau DDR2 VS DDR3.

Tentu saja, internet bagai pedang yang perlu juga gagangnya, kecuali kita ingin tangan sendiri terbelah. Have a nice browsing to you too ! :)



 



Senin, 10 Januari 2011

Perjalanan ke Holy Land bersama anak Bag III

Sampai di Israel, daerah pertama yang kami kunjungi, Jericho, kota di Palestinian Territories, pertama untuk makan siang, kedua untuk mengunjungi tampilan gunung dimana Yesus mengalami pencobaan dan pohon ara dimana Zakeus memanjat.

Melewati perbatasan Israel menuju Palestina, kami tidak melalui banyak pemeriksaan, cukup melewati daerah perbatasan begitu saja. Informasi yang kami dapat, menyeberang dari Israel menuju Palestina adalah hal biasa dan mudah, tetapi tidak sebaliknya.

Dari perbatasan Israel menuju Jericho kami melewati banyak bangunan-bangunan berbentuk kotak-kotak dari batu-batu sewarna pasir yang ternyata merupakan hunian penduduk setempat. Jericho adalah kota tua yang lokasinya terletak paling rendah di bumi.

Jericho

Selanjutnya di Jericho, kami parkir untuk makan siang waktu setempat, atau jam makan sore jam 18.00 WIB. Pemilik resto meneriakkan "Selamat Datang Indonesia" yang khas pada rombongan kami, walaupun menu makanan buffet restoran tersebut tidak mencerminkan rasa masakan indonesia. Kami melahap nasi yang berminyak mirip2 nasi lemak dan sate domba yang ditusuk dengan potongan besi. Menu lainnya tidak disentuh karena tampilannya kurang mengundang selera. Turned out, sate domba nya enak sekali !, makanan paling enak yang kami temui selama di Timur Tengah.

Sate Domba di Jericho


Sate Domba di Jericho

Selesai makan seperti biasa, Fidel perlu menggunakan kamar mandi. Well, kamar mandinya kalau bisa dirate dari 1 sampai 10, hanya sanggup mengumpulkan angka 5,75 untuk kebersihan. Tapi mungkin perlu dimaklumi, tourist dari berbagai negara mampir disini, dengan membawa kebiasaan yang berbeda-beda.

Turun dari restoran di lantai 2, kami mampir ke toko souvenir di lantai 1, sebelumnya fidel berfoto bersama eyangnya di depan restoran dengan sate domba terenak tersebut, ini foto nya

Jericho Temptation Resto - Sate Dombanya Enak Bgt!


Disini, kami berbelanja tempelan kulkas, kaos, dan beberapa pernah pernik khas. Lalu perjalanan lanjut menuju Gunung Pencobaan, tempat Yesus berpuasa 40 hari lamanya dan dicobai Iblis disana. Gunung tersebut cukup kami lihat dari jauh, bagi yang mau mengalaminya langsung, disediakan cable car untuk naik ke atas, tetapi kami cukup berfoto dengan latar belakangnya saja. Cuaca mulai cukup terik saat kami turun dari bis untuk berfoto.

latar: gunung pencobaan







Gunung tempat Yesus dicobai oleh Iblis

Turun dari bis kami yang berwarna biru terang, kami sampai di tanah mendatar berpasir warna kuning, dengan latar gunung2 batu menjulang. Disitulah Yesus berpuasa 40 hari dan kemudian dicobai oleh Iblis. Selesai berfoto dan memandang merenungkan kejadian duaribu tahun silam, kami naik untuk menuju tujuan masih di daerah Jericho, yaitu pohon Ara tempat Zakeus memanjatnya untuk bertemu Yesus.


Pohon tersebut terletak di daerah yang cukup terlindung, saat kami datang disekelilingnya sedang dibangun pagar batu yang baru. Dan, di lokasi sekitar pohon itulah orang percaya terjadi peristiwa yang mengubah hidup Zakeus.



Dipercaya sebagai pohon dimana Zakeus naik untuk melihat Yesus

Pohon Ara Zakeus
Sebagian dari kami turun untuk berfoto, sekaligus untuk melihat dari dekat tampilan pohon tersebut.

Catatan untuk orangtua yang membawa anak khususnya balita:

Bila sampai disuatu restoran yang menyediakan menu nasi, ambillah sebagian untuk bekal, masukkan di kantong plastik atau bila membawa kotak nasi yang bersih taruhlah disitu. Kita tidak tahu kapan lagi bertemu nasi, dan seringkali anak-anak lapar pada saat yang tidak diduga. Protein dari susu kotak UHT yang dibawa dari Jakarta, dan karbohidrat dari nasi paling tidak dapat memberinya energi untuk tetap ceria selama perjalanan. Lebih bagus lagi kalau ada lauk yang bisa dibungkus.

Manfaatkanlah kamar mandi. Selalu ajak anak kita untuk ke kamar mandi apabila menemukan public places seperti restoran. Kebutuhan anak ke kamar mandi bisa kita mulai biasakan, sehingga pada hari ketiga atau keempat anak mulai terbiasa buang air setiap bertemu kamar mandi.


(to be continued..)




Minggu, 09 Januari 2011

Perjalanan ke Holy Land bersama anak Bag II

Perjalanan Dubai - Amman makan waktu 3 jam 55 menit. Jakarta GMT+7, Dubai GMT+4, Amman GMT+2, maka sesampai di Amman, kami mundur 5 jam dari waktu Jakarta. Siap-siap jetlag, terutama untuk Fidel, karena saat itu jam 14.20 Waktu Indonesia Barat, tetapi baru jam 9.20 di Amman,Jordan.

Turun dari Airport, kami duduk menunggu sebentar untuk koper-koper yang muncul dari ban berjalan. Queen Alia International Airport berbeda jauh dengan Dubai International Airport, sehingga memunculkan rasa 'terdampar' di gurun, karena pemandangan yang muncul di kaca jendela pesawat saat landing kebanyakan adalah bukit-bukit padang pasir. 

Keluar dari Bandara local tour guide sudah menunggu dengan bis besar, pemandangan yang disuguhkan tepat seperti yang biasa kami lihat di siaran televisi, sungguh khas timur tengah.


Amman-Jordan





Perjalanan menuju Holyland sekarang ditempuh dengan jalan darat. Indonesia tidak menjalin kerjasama dengan Israel, maka kami tidak bisa menggunakan Ben Gurion Airport dekat Tel Aviv, sehingga kami masuk Israel dari Jordan melalui perbatasan darat.

Setelah menunggu entry-check di Jordan Border Crossing selama kira-kira satu jam, dan mengalami semua bagasi kami masuk x-ray, kami menuju perbatasan Israel melalui King Hussein Bridge, atau lebih sering disebut Allenby Bridge oleh orang Israel, menuju West Bank atau Israel Border Crossing. Segera tour guide kami menginformasikan larangan untuk memotret sedikitpun, karena kami yang sedang melintas ini diawasi oleh Israel authorities. Pemandangan utama kami saat melintas adalah sungai Jordan yang telah mengering, beberapa rumah yang hancur lebur seperti terkena ledakan, dan beberapa papan plang bertuliskan military zone, cukup membuat patuh tourist yang bandel ingin memotret.

Sampai di Israel Border Crossing, kami semua harus turun dari bis, barang-barang sekali lagi masuk x-ray, dan kami mengantri satu persatu menuju loket pemeriksaan passport. Tentara-tentara Israel membawa senjata laras panjang mondar-mandir disekeliling kami. Selesai antrian di loket, kami menuju antrian detektor logam dan random check.

Dibagian ini, Fidel harus turun dari strollernya, stroller dilipat masuk x-ray, berjalan sendiri melewati detektor logam, baru orangtuanya boleh lewat. Salah satu peserta tour harus mengalami random check yaitu seluruh belongingsnya dibuka dan dideclare satupersatu. Selesai dari sini, percaya atau tidak, another passport check ! Baru kemudian kami bisa bernafas lega.

Di pintu keluar, another tour guide kami dan bis lainnya telah menunggu. Dia mengucapkan kata-kata, "Selamat datang di Israel!" dengan logat khas.

Catatan untuk orangtua yang membawa anak khususnya balita:

Jangan taruh stoller dibagasi bis bagian bawah, bawalah selalu dalam setiap kesempatan. Dan isilah satu tas besar dengan baju ganti dan jaket untuk anak, minyak telon, cemilan, kotak susu, kantong plastik dan baju ganti dewasa, untuk selalu dibawa saat turun dari bis. Karena kita tidak selalu bisa kembali ke bis sewaktu-waktu membutuhkan barang-barang tersebut.

Kami diberitahu bahwa dalam menu makanan akan selalu ada nasi, tetapi untuk selera makan anak, bawalah kecap dalam ukuran kecil untuk dibawa-bawa. Kami juga membawa bumbu ayam kremes untuk berjaga-jaga.


(to be continued..)