Minggu, 09 Januari 2011

Perjalanan ke Holy Land bersama anak Bag II

Perjalanan Dubai - Amman makan waktu 3 jam 55 menit. Jakarta GMT+7, Dubai GMT+4, Amman GMT+2, maka sesampai di Amman, kami mundur 5 jam dari waktu Jakarta. Siap-siap jetlag, terutama untuk Fidel, karena saat itu jam 14.20 Waktu Indonesia Barat, tetapi baru jam 9.20 di Amman,Jordan.

Turun dari Airport, kami duduk menunggu sebentar untuk koper-koper yang muncul dari ban berjalan. Queen Alia International Airport berbeda jauh dengan Dubai International Airport, sehingga memunculkan rasa 'terdampar' di gurun, karena pemandangan yang muncul di kaca jendela pesawat saat landing kebanyakan adalah bukit-bukit padang pasir. 

Keluar dari Bandara local tour guide sudah menunggu dengan bis besar, pemandangan yang disuguhkan tepat seperti yang biasa kami lihat di siaran televisi, sungguh khas timur tengah.


Amman-Jordan





Perjalanan menuju Holyland sekarang ditempuh dengan jalan darat. Indonesia tidak menjalin kerjasama dengan Israel, maka kami tidak bisa menggunakan Ben Gurion Airport dekat Tel Aviv, sehingga kami masuk Israel dari Jordan melalui perbatasan darat.

Setelah menunggu entry-check di Jordan Border Crossing selama kira-kira satu jam, dan mengalami semua bagasi kami masuk x-ray, kami menuju perbatasan Israel melalui King Hussein Bridge, atau lebih sering disebut Allenby Bridge oleh orang Israel, menuju West Bank atau Israel Border Crossing. Segera tour guide kami menginformasikan larangan untuk memotret sedikitpun, karena kami yang sedang melintas ini diawasi oleh Israel authorities. Pemandangan utama kami saat melintas adalah sungai Jordan yang telah mengering, beberapa rumah yang hancur lebur seperti terkena ledakan, dan beberapa papan plang bertuliskan military zone, cukup membuat patuh tourist yang bandel ingin memotret.

Sampai di Israel Border Crossing, kami semua harus turun dari bis, barang-barang sekali lagi masuk x-ray, dan kami mengantri satu persatu menuju loket pemeriksaan passport. Tentara-tentara Israel membawa senjata laras panjang mondar-mandir disekeliling kami. Selesai antrian di loket, kami menuju antrian detektor logam dan random check.

Dibagian ini, Fidel harus turun dari strollernya, stroller dilipat masuk x-ray, berjalan sendiri melewati detektor logam, baru orangtuanya boleh lewat. Salah satu peserta tour harus mengalami random check yaitu seluruh belongingsnya dibuka dan dideclare satupersatu. Selesai dari sini, percaya atau tidak, another passport check ! Baru kemudian kami bisa bernafas lega.

Di pintu keluar, another tour guide kami dan bis lainnya telah menunggu. Dia mengucapkan kata-kata, "Selamat datang di Israel!" dengan logat khas.

Catatan untuk orangtua yang membawa anak khususnya balita:

Jangan taruh stoller dibagasi bis bagian bawah, bawalah selalu dalam setiap kesempatan. Dan isilah satu tas besar dengan baju ganti dan jaket untuk anak, minyak telon, cemilan, kotak susu, kantong plastik dan baju ganti dewasa, untuk selalu dibawa saat turun dari bis. Karena kita tidak selalu bisa kembali ke bis sewaktu-waktu membutuhkan barang-barang tersebut.

Kami diberitahu bahwa dalam menu makanan akan selalu ada nasi, tetapi untuk selera makan anak, bawalah kecap dalam ukuran kecil untuk dibawa-bawa. Kami juga membawa bumbu ayam kremes untuk berjaga-jaga.


(to be continued..)

























Tidak ada komentar: