Minggu, 10 Juli 2011

Proses Homeschooling Fidel

http://www.economist.com/node/18929180

Diatas adalah link media internasional yang menyorot masalah sontek masal. Semoga, akan ada jalan yang lebih baik, untuk menunjukkan bahwa Indonesia juga memiliki sumber daya manusia yang tidak hanya berorientasi pada hasil semata, apalagi hasil yang tidak orisinal.

Beberapa orang yang saya kenal, mengomentari kasus ini sebagai deadlock, mereka tidak melihat jalan keluar selain ikut arus, apalagi kalau yang menjadi pertaruhan adalah kelangsungan proses sekolah anak mereka. Banyak yang merasa kasihan melihat tekanan yang dihadapi anak-anak diusia muda, tetapi menilai bahwa selembar atau beberapa lembar ijazah adalah suatu penentu masa depan anak-anak tersebut. Apa jadinya kalau anak-anak itu tidak sekolah?

Ada banyak jalan menuju Roma, oleh karena itu ijinkanlah saya share pengalaman homeschool Fidel yang baru sebentar. Kami memutuskan untuk homeschool Fidel di usianya yang keempat, setelah beberapa waktu mencari informasi mengenai apa dan bagaimana proses homeschooling. Pada dasarnya, buat kami, homeschooling adalah metode pendidikan yang berbasis rumah, sehingga pertumbuhan moral dan pengetahuan dan ketrampilan Fidel didapatkan dari rumah. Tanggung jawab tersebut tidak kami serahkan kepada institusi atau lembaga pendidikan, akan tetapi kami pikul sendiri sebagai orangtuanya.

Ada keluarga dan teman dan sahabat yang menanyakan seputar biaya atau seputar keprihatinan atas kebutuhan Fidel bersosialisasi, bahkan ada juga yang menanyakan kualitas pendidikan yang diterima Fidel, semuanya kami share disini, in case masih ada orangtua-orangtua yang merasa butuh informasi dan kekuatan, seperti halnya dulu waktu kami memulai mencari informasi.

Status homeschooling di Indonesia adalah suatu kegiatan legal. UUD 1945 mengaturnya melalui pasal 31 ayat 1 dan ayat 2, bahwa "Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan" dan "Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.". Dilanjutkan dengan Undang undang sistem pendidikan nasional, UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 27, "Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Hasil Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) diakui sama dengan pendidikan formal dan non formal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan"

Perkembangan homeschooling di Indonesia mendapat tempat di dunia, dan info terkini akan selalu bisa dicari melalui search engine di internet, akan tetapi buat kami UUD 1945 ps 31 ayat 1 dan 2, serta UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ps 27 adalah yang utama.

Mengenai biaya homeschooling yang sering disangka mahal oleh sebagian besar orang, perlu diluruskan bahwa pendidikan yang berbasis rumah, adalah metode pendidikan yang sangat-sangat custom. Kalau mau mahal sekali bisa, tetapi juga bisa murah sekali dengan memanfaatkan hal-hal yang ada disekitar rumah.

Untuk kurikulum, kami punya acuan silabus dari Cambridge University, detail bisa dilihat di http://www.cie.org.uk/

Mulai dari umur 5 sampai 12 tahun, yang kami tekankan adalah math, english dan science, tetapi melalui kegiatan nyata sehari-hari. Sebagai contoh, kami tidak menyuruh Fidel duduk dimeja untuk belajar menghitung bilangan dari 0-20, tetapi dengan permainan menghitung jendela-jendela yang ada dirumah, yang dilakukan Fidel dengan sangat baik dan tentu saja dengan semangat. Berbeda sekali saat kami belikan software belajar matematika dan kami minta dia mengerjakan soal berhitung dari 0 sampai 20, dimana dia bisa mengerjakan dengan sama baiknya tetapi dengan kurang bersemangat. Terakhir yang penting bagi kami adalah bagaimana setelah menghitung semua jendela yang ada dirumah, dengan semangat Fidel menghitung jumlah pintu dan jumlah kamar yang ada dirumah, yaitu bahwa ilmu berhitung yang dia pelajari juga mampu dia aplikasikan dalam obyek lainnya.

Bukankah hal-hal yang kita pelajari dalam koridor pendidikan, harus mampu kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari? Contoh ekstrem, banyak orangtua yang bersemangat menyuruh anaknya belajar membaca sejak dini, untuk apa kalau pada akhirnya anak tersebut yang merasa terpaksa akhirnya bisa membaca tetapi tidak suka membaca? Ada berapa banyak diantara kita, para orangtua, yang memiliki ketidaksukaan terhadap aktivitas membaca, padahal bisa membaca, dan pada akhirnya menurunkan ketidaksukaan tersebut pada anaknya?

Kami berharap, hal-hal yang dipelajari Fidel akan mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, dan Fidel akan selalu belajar seumur hidupnya walaupun sudah lepas dari usia wajib sekolah.

Kembali menjawab pertanyaan seputar biaya homeschooling, tentu saja bersifat relatif, dan kembali ke masing-masing keluarga pelaku homeschooling. Buat kami, besarnya biaya yang dikeluarkan tidak berbanding lurus dengan kualitas pendidikan Fidel sebagai homeschooler.

Menilai kualitas pendidikan Fidel tidak hanya dari sisi akademis saja. Kami menilai sangat tinggi atas perkembangan karakter dan moral dan nilai-nilai yang dianut Fidel.

Di usianya yang kelima dan akan terus berlangsung sampai usianya yang ketujuh, kami belum menitikberatkan pendidikan pada hal-hal akademis yaitu pada kemampuan membaca, kemampuan berhitung, apalagi kemampuan menulis.

Yang kami nilai tinggi adalah kemampuan Fidel mengekspresikan diri sepenuhnya, kemampuan Fidel untuk menumbuhkan karakter dan rasa diri yang baik dan kuat, kemampuan Fidel untuk berkreasi dan menumbuhkan kreativitas sepanjang hayat, dan terakhir kemampuan Fidel untuk memberi dan menerima kasih sayang dari lingkungan disekitarnya. Kami mempelajari, bahwa hal-hal ini tidak bisa dikarbit, tidak bisa diakselerasi dengan kursus dan bimbel manapun, dan yang paling penting, biasanya didapatkan sepenuhnya dari keluarga.

Concerns terakhir, sosialisasi. Pada awalnya, ini pun menjadi kekhawatiran kami yang serius, bahwa dia akan tidak punya teman, dia akan jadi anak yang aneh, dimana pada kenyataannya, Fidel membaur dengan lebih baik justru disaat dia sudah homeschool. Karena jarang didudukkan selama berjam-jam dalam suatu ruangan kelas dengan anak-anak usia sebaya, Fidel terpaksa belajar teknik berbicara dan menghadapi orang-orang berbagai usia, dan ini justru menjadi nilai tambahnya dalam proses sosialisasi.

Semoga sharing ini membantu :)

Rabu, 06 Juli 2011

Perjalanan ke Holy Land bersama anak Bag VII

Selesai turun dari Mt Olives, tujuan berikutnya menuju kaki bukit, adalah Gethsemane atau yang disebut juga Taman Getsemani, tempat dimana Yesus berdoa dan menangis bersimbah peluh berupa darah.

Kemungkinan demi kepentingan turisme, pohon-pohon zaitun tua yang ada ditaman tersebut dipertahankan. Oleh karena itu, pagar permanen menutupi sekeliling taman tersebut.

Background view: Taman Getsemani


Persis disebelah lokasi taman, megah berdiri Basilica of Agony atau disebut juga Church of All Nations atau Gereja Segala Bangsa.

Background: Entrance of Basilica of Agony


Alasan kenapa dinamakan begitu adalah karena gereja tersebut dibangun dengan donasi dari berbagai negara, antara lain Argentina, Brazil, Chile, Meksiko, Italia, Perancis, Spanyol, Inggris, Belgia, Kanada, Jerman Australia, Irlandia, Hungaria, Polandia, and of course, United States of America.

Left to Center Aisle


Tampak pada gambar langit-langit gereja pada gambar dibawah ini, informasi pembagian donasi tiap-tiap negara diukir disana, dengan cara menempelkan gambar bendera negara masing-masing di langit-langit, seperti tampak pada gambar (zoom, please ^_^) dimana sepertinya donasi dari Perancis bersebelahan dengan (tebakan saya) Chile.

Ceiling View of Basilica of Agony or also known as Church of All Nations
Berseberangan dengan bangunan ini, kami disuguhi pemandangan spektakuler, yaitu sebagian dari kompleks Al Aqsa dan Dome of the rock.

Seberang dari Basilica of Agony: Al Aqsa and Dome of the Rock site


Catatan untuk orangtua yang membawa anak khususnya balita:

Suasana di sekitar dan di dalam kompleks Getsemani dan Basilica of Agony bisa saja sangat penuh orang lalu lalang dari berbagai macam bangsa dan negara, dan didalam bangunan juga dipasang tanda 'silence' dari mulai depan entrance. Biarkan anak-anak duduk didalam stroller agar tetap aman dalam pengawasan. 

Sekedar share, kami memilih turun dari Mt Olives menuju Getsemani dengan tour bus sehingga terpisah dari rombongan dan harus menunggu dipintu masuk karena sampai lebih dulu. Karena menunggu terlalu lama, sambil melihat-lihat souvenir dipinggir jalan, Fidel kami biarkan turun dari stroller dan digandeng saja, dan hampir saja digendong pergi oleh orang tidak dikenal, yang kemudian saat ditegur mengaku hanya bercanda saja.  :(

Details: Saat sedang digandeng sambil melihat-lihat souvenirs dipinggir jalan yang sedang agak sepi, tiba-tiba saja seorang laki-laki asing berbadan besar menggendong paksa Fidel hingga terlepas dari gandengan kami, sambil tersenyum dan seakan-akan hendak membawa dia pergi, dimana selama sedetik itu saya percaya dia hendak membawa kabur Fidel, dan sudah siap berteriak, dia menurunkan Fidel dan berkata 'just kidding, you thought I was gonna take him away, didn't you?', and I was like: 'HELL, YEAH! (GET LOST!) 


(to be continued..)