Kamis, 19 Agustus 2010

Arti piala

Menurut kamus besar bahasa indonesia: piala artinya cawan berkaki, kadang-kadang bertelinga biasanya diberi tulisan, sebagai tanda peringatan, dibuat dr emas, perak, dsb dipakai sebagai hadiah para pemenang perlombaan.

Ga heran, udah dua kali konser, dua-duanya dikasih piala. dengan gambar sebagai berikut. Ternyata piala melambangkan suatu kemenangan.



Tapi, in this case, menurut saya tidak tepat memberikan piala untuk anak umur 4 tahun, sebagai wujud apresiasinya berpartisipasi dalam suatu konser musik.

Pertama, karena konser ini bukan berformat perlombaan, mencari siapa yang terbaik.

Kedua, bisa jadi anak tidak lagi mengingat unsur-unsur lain yang lebih penting yang terkandung dalam acara tersebut, yaitu teamwork, harmonisasi, proses latihan, dan juga music taste nya.

Ketiga, bentuk piala tersebut justru membuat anonim tiap-tiap konser yang diikutinya, karena semua bentuknya sama. (sekarang ada 2 piala yang mirip berjejer dipajang, atas 2 kegiatan yang berbeda, tapi Fidel tidak bisa merecall yang satu terhadap yang lainnya)

Sehingga, yang kami lakukan adalah, tidak menganggap piala tersebut paling penting, tidak juga kami sebut Fidel hebat karena piala tersebut, tetapi kami mengucapkan terimakasih pada Fidel atas usahanya mau tampil dalam konser tersebut. (dia membalasnya dengan ucapan, terimakasih jg bunda, aku senenng ikut konser ^^)

Rabu, 18 Agustus 2010

Another painting session

Susah! Ibunya ga pernah belajar melukis, trus nemenin anaknya ngelukis pakai cat air.

Trus, yang dipakai mental orangtua jaman dulu. Lihat cat berantakan senewen, liat catnya kena baju lebih senewen lagi. Udah gitu, bawaannya, mau ngarahin Fidel untuk ngelukis sesuai "pakem" yang berlaku.

Saya lupa, bahwa jiwa anak bersih, biarlah dia eksplorasi dan menemukan sendiri dirinya, karena jauh didalam hatinya, dia sudah tahu siapa dirinya. Kami hanya bertugas untuk menuntun nya menemukan dirinya sendiri.

Saya tersesat dan silap mata, lihat dia yang katanya ngegambar 'wajah bunda' nya dengan kuas pakai warna hijau tebel-tebel. Trus kakinya dan tangan bundanya pakai warna biru. :P

Mainan (bermain adalah belajar)

Salah satu alasan ketertarikan kami terhadap mainan, adalah the old saying, "untuk seorang anak, bermain adalah belajar."

Banyak hal didapat Fidel dari bermain. Mulai dari perkembangan motorik kasar sampai perkembangan kemampuannya menalar.

Dalam suatu sesi book-sharing dengan Pak Rhenald Kasali di bulan Agustus 2010, terungkap sharing mengenai anak Pak Rhenald yang sempat merasakan ikut pendidikan TK di sebuah sekolah di Amerika, dimana belajar menghitung dilakukan justru dengan bermain, misal menghitung batu-batu diluar di halaman sekolah.

Kami tidak menuntut Fidel menjadi anak yang paling pintar, paling hebat. Kami berdoa dan berusaha, agar dia tumbuh dan menikmati pertumbuhannya, sehingga dia tumbuh memiliki rasa diri yang positif.

So how?

Sebagai orangtua, kami terus berusaha memperkaya cara pandang, melapangkan hati, untuk selalu bertumbuh menjadi orang yang lebih baik lagi dari kemarin. Kami skip preschool dan TK untuk Fidel, sehingga dia bisa lebih bebas bermain.

Kami percaya, bahwa bermain yang sehat meningkatkan rasa bahagia, membentuk karakter anak menjadi lebih sportif, dan sembari bermain, Fidel banyak belajar berhitung dan bernyanyi.

Untuk skip SD dan SMP dan SMA? semoga jawabannya dengan teguh kami dapatkan pada Home Education/Home Schooling.














Makanan Sehat untuk Fidel

Mengatur menu makanan untuk anak usia 4 tahun, susah-susah gampang. Lidahnya dengan gampang menerima chicken nugget atau sosis, yang nyiapinnya praktis.

Tapi, dipikir-pikir, selain kalori dan lemak, apa yang terkandung disitu ya? Maksudku, tubuh membutuhkan vitamin dan serat dan enzim hidup untuk bisa hidup. Kalau pola makan seperti itu dibiarkan berlangsung lalu, apa jadinya dengan pilihan pola makan yang dimiliki oleh anak kita kira-kira 5-10 tahun mendatang?

Justru sekarang, kami lagi berusaha mengonsumsi buah dan sayur dalam porsi yang banyak, kenapa justru Fidel malah sebaliknya.

Dengan alasan, biar makanannya habis ga terbuang. Bahkan, fenomenanya, berhubung banyak TK dan SD yang menetapkan jam masuk yang cukup pagi, ditambah akumulasi kemacetan, maka wajar tiap-tiap rumah tangga selalu menyediakan chicken nugget dan sosis dan kornet dan lainnya, yang praktis dan tidak cepat basi.

Seperti lingkaran yang tidak ada habisnya, manusia yang terburu-buru, mengonsumsi makanan yang gampang dimasak dan gampang dimakan.

Artikel-artikel Dr. Tan Shot Yen, M.Hum yang mengasuh salah satu tabloid mingguan, cukup banyak mengedukasi kami.

Menu makanan Fidel sejauh ini, setiap hari sayur sup yang isinya wortel, kembang kol atau brokoli atau buncis, kaldunya dari kepala salmon atau ayam kampung atau sumsum sapi. Lauknya mulai dari nugget, kembang tahu, sosis, baso, jamur, telur puyuh. Buah yang dia mau sejauh ini jeruk, itupun diperas.

Kami sedang mengolah berbagai macam cara (dan menu) untuk mengembalikan raw food masuk ke menu makanan fidel, agar yang namanya 'mengonsumsi makro-nutrien' tidak hanya sekedar konsep.

Minggu lalu, diberi toge jepang yang masih krenyes2 ditumis, dia merasa asing, setiap kebanyakan langsung dilepeh.

Minggu ini, dikasih labu parang, baik-baik saja.

Minggu depan, tantangannya, kacang polong

Tantangan: Bunda harus bisa mikirin menu nya, kalau dibiarin si Mbak yang mikir, dengan segala keterbatasan sumber daya pikiran si Mbak, jadinya menu Fidel bisa jadi seputaran nugget, sosis dan telur aja. ^^

Selamat berjuang! (berjuang keras, karena si Bunda ga bisa masak)